Asman.ac.id – Serangan Hamas pada 7 Oktober yang mengakibatkan lebih dari 1.200 korban jiwa masih menyisakan pertanyaan mendalam mengenai kelalaian Israel dalam menjaga keamanan. Sejak peristiwa tragis itu, pakar keamanan baik di Israel maupun internasional terus menganalisis faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kegagalan militer Israel dalam mencegah serangan tersebut.
Awal tahun ini, Angkatan Pertahanan Israel (IDF) merilis laporan resmi pertama yang menguliti kegagalan dalam misi tersebut. Laporan ini menjelaskan bahwa IDF tidak berhasil melindungi warga sipil dan meremehkan niat serta kemampuan Hamas. Dalam konteks lebih luas, para pakar seperti Will Todman dari Pusat Studi Strategis dan Internasional mengemukakan bahwa fokus Israel pada normalisasi hubungan dengan negara-negara Arab, khususnya Arab Saudi, menjadi salah satu penyebab kelalaian ini.
Sebelum serangan, Israel telah membangun kepercayaan diri melalui Perjanjian Abraham dan normalisasi dengan beberapa negara di wilayah tersebut. Namun, Todman menyoroti bahwa intelijen militer Israel mengabaikan penilaian yang menunjukkan bahwa rencana Hamas merupakan ancaman nyata. Hal ini, menurutnya, menunjukkan adanya kesombongan di kalangan elit militer dan politik Israel yang tidak merasa terancam oleh Hamas selama bertahun-tahun.
Di sisi lain, Hamas melakukan upaya terselubung untuk menyembunyikan persiapan mereka, sehingga rencana serangan dapat berjalan tanpa terdeteksi. Kegagalan Israel dalam mengenali ancaman ini mencerminkan kekurangan dalam kepemimpinan, sebagaimana dinyatakan oleh Todman. Analisis menyeluruh terhadap insiden ini diharapkan dapat memberi pelajaran berharga dalam upaya memperbaiki sistem keamanan di masa depan.