Site icon asman.ac.id

Kopi Geotermal Kamojang Siap Berkompetisi di Pasar Ekspor

[original_title]

Asman.ac.id – Kopi Canaya, produk unggulan dari Moh Ramdan Rezausia, kini menjadi sorotan di kawasan kaki Gunung Kamojang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Dengan metode pengeringan yang inovatif menggunakan Geothermal Coffee Process (GCP), kopi ini dibedakan dari produk lain yang mengandalkan panas matahari. Metode ini bertujuan untuk memanfaatkan uap buangan dari sumber panas bumi sebagai alternatif yang ramah lingkungan.

Deden, sapaan akrab Ramdan, mengungkapkan bahwa pengeringan kopi menggunakan energi panas bumi adalah yang pertama di dunia. Inovasi ini merupakan hasil dari program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) yang telah dimulai sejak 2018. Nama Canaya sendiri mengandung arti “belum ada,” menandakan bahwa metode ini belum banyak diterapkan di tempat lain.

Kopi Canaya tidak hanya dipasarkan di Indonesia, tetapi juga telah berhasil menembus pasar ekspor ke Jerman dan Jepang, serta menarik minat dari negara-negara Asia dan Eropa lainnya. Kopi ini juga akan diikutsertakan dalam acara World of Coffee (WoC) di Jakarta pada tahun 2025.

Deden menyatakan bahwa kendati permintaannya tinggi, kapasitas produksi saat ini terbatas hanya 20 ton per musim panen dari lahan yang memiliki potensi mencapai 1.500 ton. Dengan adanya sistem pengeringan yang lebih terkontrol, waktu pengeringan kopi di Kamojang hanya berkisar antara delapan hingga sepuluh hari, jauh lebih cepat dibanding metode konvensional.

Keberlanjutan produksi kopi ini menjadi harapan Deden, mengingat proses yang terukur dapat memberikan rasa yang lebih konsisten dan menjanjikan profitabilitas yang baik. PT PGE juga memberikan dukungan melalui sertifikasi paten untuk inovasi ini, yang menunjukkan bahwa kopi Canaya memenuhi standar global.

Exit mobile version