Asman.ac.id – Pelabuhan Tanjung Priok sedang menjalani transformasi signifikan untuk meningkatkan daya saing sebagai pelabuhan internasional. Kepala Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Tanjung Priok, Heru Susanto, menyampaikan bahwa tahun 2026 akan menjadi periode yang menantang bagi sektor bisnis logistik, khususnya di pelabuhan tersebut. Dalam keterangannya di Jakarta, Selasa, Heru menekankan bahwa dinamika regulasi yang mungkin terjadi bisa diatasi melalui perubahan di berbagai aspek layanan.
Heru merinci tiga rencana prioritas KSOP Tanjung Priok yang akan diterapkan dalam waktu dekat. Pertama, pengenalan Business Continuity Management System (BCMS) yang berkaitan dengan penanganan keamanan siber. Kedua, kerja sama dengan Kantor Imigrasi untuk penerbitan Buku Pelaut. Ketiga, implementasi Satu Komando Penanganan Tumpahan Minyak. Pelabuhan Tanjung Priok sendiri menyuplai 65 persen dari total kegiatan kargo ekspor-impor dan domestik di Indonesia, sehingga stabilitas operasionalnya sangat krusial.
EGM Pelindo Regional 2 Tanjung Priok, Yandri Trisaputera, menekankan pentingnya menjaga kelancaran operasional pelabuhan agar tidak berdampak negatif pada peta bisnis. Di sisi lain, Adil Karim, Ketua DPW Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) DKI Jakarta, menyampaikan optimismenya terhadap prospek aktivitas logistik di tahun 2026, dengan pertumbuhan didorong kebutuhan e-commerce dan rantai pasok.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,05 persen pada Oktober 2025, dengan sektor logistik diperkirakan tumbuh 12,53 persen untuk subsektor transportasi dan pergudangan. Selain itu, isu lingkungan juga menjadi semakin relevan, mendorong munculnya peluang untuk layanan logistik ramah lingkungan. Ketua Indonesia National Shipowners Association (INSA), Jaya Andi Pattonangi, menegaskan pentingnya modernisasi dan kolaborasi untuk menjadikan Tanjung Priok sebagai lokomotif pertumbuhan logistik dan pelayaran Indonesia menjelang 2026.