Site icon asman.ac.id

Perayaan Diwali: Memahami Makna Festival Cahaya

[original_title]

Asman.ac.id – Diwali, Festival Cahaya yang dirayakan oleh jutaan umat Hindu, Sikh, dan Jain, menandai dimulainya tahun baru dalam kalender Hindu. Festival yang syahdu ini mencerminkan kemenangan kebaikan atas kejahatan dan berlangsung selama lima hari. Setiap agama memiliki makna tersendiri di balik perayaan ini, di mana umat Hindu merayakan kembalinya Dewa Rama dan Sita ke Ayodhya, umat Sikh memperingati pembebasan Guru Hargobind Singh dari penjara, dan umat Jain mengenang pencapaian Moksha oleh Dewa Mahavira.

Istilah ‘Diwali’ berasal dari kata Sansekerta, ‘deepavali’, yang berarti serangkaian lampu kecil. Lampu-lampu ini, yang dipasang di rumah dan tempat ibadah, melambangkan pencerahan dan harapan, simbol cahaya yang mengalahkan kegelapan. Diwali dirayakan setiap tahun antara pertengahan Oktober dan pertengahan November; tahun ini, perayaan akan berlangsung pada 20 hingga 21 Oktober.

Meski Diwali adalah hari raya keagamaan, pemerintah Indonesia tidak menjadikannya sebagai hari libur nasional. Perayaan Diwali biasanya dimulai dengan membersihkan rumah, dilanjutkan dengan dekorasi menggunakan diyas dan rangoli yang berwarna-warni. Malam ketiga, merupakan puncak perayaan, di mana orang berdandan terbaik, memberikan persembahan kepada Dewi Lakshmi, dan menyalakan kembang api sambil menikmati hidangan.

Selama dua hari berikutnya, umat yang merayakan biasanya saling berkunjung ke keluarga dan kerabat. Di Indonesia, Diwali juga dirayakan oleh masyarakat Hindu, terutama di Kampung Madras, Medan, Sumatera Utara, yang menjadi pusat perayaan kebudayaan ini. Diharapkan, perayaan ini tidak hanya menguatkan ikatan sosial, tetapi juga menumbuhkan rasa toleransi antarumat beragama.

Exit mobile version